Minggu, 28 Juni 2009

Fase Pertumbuhan dan Kemampuan Anak

Fase Pertumbuhan dan Kemampuan Anak

0-12 Bulan

Motorik Kasar
Kompetensi Dasar Motorik kasar : Anak mampu melewati fase-fase pertumbuhan sesuai dengan tahapannya

Hasil Belajar
Perkembangan Motorik kasar :
a) Hilangnya refleks-refleks moro babinski
b) Tengkurap dan kembali terlentang
c) Mengangkat badan pada saat tengkurap
d) Merangkak
e) Duduk
f) Berdiri
g) Merambat
h) Mulai berjalan
i) Duduk tanpa dibantu
j) Bangkit dan berdiri tanpa bantuan
k) Berjalan dengan dibantu/dibimbing
l) Meniru menggelindingkan bola
m) Meniru gerakan atau perbuatan

Motorik Halus
Kompetensi Dasar Motorik Halus : Anak mampu menggerakkan anggota badan, jari tangan secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan otot.

Hasil belajar
Perkembangan Motorik Halus :
a) Memegang benda dengan seluruh jari-jarinya
b) Meraih benda
c) Mengambil benda dan menjatuhkannya

Fase Pertumbuhan dan Kemampuan Anak
d) Memegang benda dengan telunjuk dan ibu jarinya
e) Membuka telapak tangan
f) Memindahkan benda antara kedua tangan
g) Menjangkau, mencengkeram, memasukkan benda ke mulut
h) Mengikuti benda bergerak dengan mata Bahasa

Kompetensi Dasar
Anak mampu mendengarkan dan berkreasi terhadap suara

Perkembangan Bahasa
a) Memberi Reaksi terhadap perkataan-perkataan orang dewasa
b) Mengoceh (da da da-menggumam)
c) Mengerti kata-kata seperti: ibu, bapak,atau nama anggota keluarga lain
d) Mengerti perintah-perintah sederhana seperti: tidak boleh
e) Mulai bicara beberapa patah kata
f) Memberi reaksi kalau namanya dipanggil
g) Tersenyum sosial
h) Menoleh kapada suara bel, kerincingan, tepuk tangan, dll
i) Mengerti perintah ditambah mimik sosial

Kompetensi Dasar
Anak mengenal anggota keluarga dan orang-orang terdekat

Perkembangan sosial :
a) Mengenal anggota keluarga, mengenal orang yang berbeda-beda
b) Tersenyum spontanpada orang yang sudah sangat dikenal
c) Reaksi pada orang yang masih/belum dikenal dengan menangis / menatap terus-menerus
d) Bereaksi dan meniru ekspresi/penampilan muka orang lain
e) Bermain dengan saudara-saudaranya atau orang lain yang sudah dikenal

13-24 Bulan

Motorik Kasar
Kompetensi dasar
Anak mampu melakukan aktifitas fisik sederhana

Perkembangan motorik kasar :
a) Duduk sendiri tanpa dibantu
b) Duduk sendiri dikursi kecil
c) Jongkok pada waktu bermain
d) Berjalan sendiri dengan keseimbangan yang baik
e) Berjalan mundur atau kesamping dua-tiga langkah
f) Berkari tapi sering jatuh
g) Berlari kedepan tapi belum dapat membelok
h) Berjalan dengan menggunakan ujung jari (berjingkrk)
i) Menendang bola tapi masih jatuh

Fase Pertumbuhan dan Kemempuan Anak
j) Menaiki tangga dengan berpegangan pada tepi tangga/dengan pertolongan
k) Menarik dan mendorong alat permaianan
l) Bergoyang-goyang mengikuti irama musik, menyusun 2-3 kubus

Motorik Halus
Kompetensi Dasar
Anak dapat menggerakkan lengannya dalam rangka kelenturan dan koordinasi

Perkembangan motorik halus :
a) Melempar-lempar benda dengan kedua tangan tanpa kehilangan keseimbangan
b) Memegang benda-benda yang tidak terlalu besar dengan satu tangan
c) Mengambil alat permainan dari lantai tanpa jatuh
d) Memasukkan benda kedalam botol
e) Membuka-buka lembaran
f) Mencoret-coret
g) Menarik, memutar, dan mendorong benda-benda
h) Menggambar dgn gerakan tangan menyeluruh, menggeser tangan, membuat garis besar
i) Menyusun kereta api dengan empat kubus
j) Melepas biji spontan
k) Mampu menyamakan atau memasangkan benda yang serupa

Bahasa
Kompetensi Dasar
Anak memiliki perbendaharaan kata-kata sederhana dan mengerti kalimat sederhana

Perkembangan bahasa :
a) Mengucapkan kata yang mempunyai arti
b) Meniru kata-kata yang di ucapkan orang dewasa
c) Menyebut dirinya sendiri dengan namanya
d) Perbendaharaan kata lebih banyak
12-15 bulan : 4-6 kata
16-24 bulan : 7-20 kata
e) Dapat bereaksi dengan tepat kalau ditanya ”dimana?’
f) Mengerti kalimat sederhana
g) Menunjukkan 5 bagian badan yang disebutkan
h) Melihat buku gambar dengan orang dewasa

Sosial
Kompetensi Dasar
Anak mampu melihat/meniru aktifitas orang lain

Perkembangan sosial :
a) Bermain berdekatan dengan anak lain tapi masih sendiri
b) Meniru tingkah laku orang dewasa dalam permainan
c) Dapat membuka baju, celana, kaos kaki dan sepatu
d) Dapat mengatakan kalau ingin ke toilet
e) Bereaksi terhadap perkataan dan perintah
f) Mengetahui kamu dan saya
g) Belajar melalui eksplorasi

25-36 Bulan

Motorik Kasar
Kompetensi dasar
Anak mampu melakukan aktifitas fisik terkoordinasi dalam rangka kelenturan, keseimbangan,
dan kelincahan.

Perkembangan Motorik kasar :
a) Berlari tanpa jatuh,melompat dan dapat menjaga keseimbangan bila berdiri pada satu kaki
b) Berjalan mundur lebih dari tiga langkah
c)Turun tangga setiap satu langkah dengan berpegangan pada tepi tangga
d) Menari mengukuti irama musik
e) Meloncat dengan dua kaki jatuh bersamaan
f) Berdiri pada satu kaki
g) Berjingkat diatas jari-jari kaki
h) Menendang bola

Motorik halus
Kompetensi dasar
Anak dapat menggerakkan badan dan dua kaki dalam rangka keseimbangan dan koordinasi

Perkembangan Motorik halus :
a) Mengatur merangkai benda-benda
b) Mencoret-coret dengan alat tulis
c) Membalik halaman buku satu persatu
d) Memegang alat tulis (gambar)
e) Menggunakan satu tangan secara tetap dalam hamper semua kegiatan (kiri dan kanan)
f) Meniru garis lingkaran, lurus, dan berdiri tegak lurus
g) Meremas-remas lilin/tanah liat
h) Melukis bentuk-bentuk

Bahasa
Kompetensi Dasar
Anak mampu mendengarkan dan mampu memahami kata dan kalimat sederhana

Perkembangan Bahasa & Kognitif :
a) Bereaksi terhadap perintah sederhana
b) Melihat-lihat buku & gambar
c) Memasangkan berbagai benda yang dikenal dan berarti baginya
d) Menyusun menara gelang
e) Mengenal diri dari cermin
f) Mengenal nama sendiri
g) Menyebut nama sendiri
h) Meniru perbuatan prang dewasa
i) Dapat mengatakan dengan singkat yang sedang dikerjakannya
j) Konsentrasi/memusatkan perhatian

Fase Pertumbuhan dan Kemampuan Anak
k) Belajar dilakukan dengan eksplorasi
l) Mulai mengerti penggunaan benda-benda
m) Mengerti instruksi yang kompleks
n) Dapat menggunakan kata saya,kamu
o) Bernyanyi dengan ritme dan kata-kata sederhana

Sosial
Kompetensi dasar
Anak mulai mempelajari dan mengamati lingkungan dengan lingkup kecil (TPA dan Rumah)
Perkembangan Sosial :
a) Bermain kegiatan orang dewasa, bermain masak-masakan, boneka, mobil-mobilan.
b) Mengetahui tentang bagian-bagian tubuhnya (hidung, mata, telinga, dll)
c) Sudah mengenal toilet training
d) Bermain berdekatan dengan anak lain dan sudah menunjukkan reaksi
e) Sering berkata tidak (negatiuistik)
f) Sering bertemperamen tinggi
g) Meniru orang dewasa

Kamis, 18 Juni 2009

Metode Pengembangan Membaca Untuk Anak TK

METODE PENGEMBANGAN MEMBACA UNTUK ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK


1. Pendekatan pengalaman bahasa

Dalam pendekatan ini guru menggunakan kata-kata anak sendiri untuk membantunya belajar membaca.

Kata-kata itu dapat berupa penjelasan suatu gambar atau suatu cerita pendek yang dimasukkan ke dalam suatu buku.

Mula-mula anak itu mengatakan kepada guru apa yang harus ditulis. Setelah beberapa waktu anak-anak dapat menyalin tulisan guru dan akhirnya dapat menulis kata-kata mereka sendiri. Banyak guru menggunakan metode ini sebagai suatu pendekatan pertama untuk membaca. Membaca kata-kata mereka sendiri membantu anak-anak memahami bahwa kata yang tertulis adalah untuk komunikasi makna. Jadi, kekuatan dari pendekatan pengalaman bahasa yang utama adalah dapat membuat anak menggunakan pengalaman mereka sendiri sebagai bahan utama pelajaran membaca. Keunggulan lain dalam pendekatan ini anak menggunakan pola bahasa mereka sendiri, mereka dapat membaca lebih efektif daripada membaca pola bahasa yang ada dalam buku (Miller, 1977 : 44).


2. Fonik

Metode ini mengandalkan pada pelajaran alfabet yang diberikan terlebih dahulu kepada anak-anak, mempelajari nama-nama huruf dan bunyinya. Setelah mempelajari bunyi huruf mereka mulai merangkum beberapa huruf tertentu untuk membentuk kata-kata.

Contoh : b-a-k r-a- k p-a- k t-a- k

Untuk memberikan latihan membaca kepada aanak-anak dalam keterampilan ini, buku-buku cerita haruslah dipilih secara terencana, sehingga semua kata bersifat regular, dapat dibunyikan. Luar biasa sukarnya untuk menulis buku dengan kata-kata yang secara fonik bersifat reguler, yang menarik untuk dibaca anak-anak.

Mempelajari bunyi yang terpencil sangat abstrak bagi anak kecil. Ini tidak berarti apa-apa biasanya mereka menganggapnya sebagai membosankan. Mereka juga harus benar-benar memusatkan pikiran akan pembunyian kata-kata sehingga mereka tidak mampu mengucapkan kata dengan benar tanpa mempunyai gambaran akan artinya. Anak-anak yang diajar dengan metode ini akan belajar dan mengucapkan kata-kata tak bermakna dengan sangat benar, sedangkan jika kata-kata itu dalam kalimat mereka segera tahu bahwa kata-kata itu tidak berarti.

Karena alasan-alasan inilah metode fonik biasanya tidak diajarkan sampai anak-anak dapat memahami dengan baik dasar-dasar membaca. Tetapi anak-anak yang besar yang merasakan kesukaran membaca, sering merasa pendekatan fonik ini baik bagi mereka.

Tidak ada bukti pasti bahwa salah satu metode itu lebih unggul daripada yang lain. Kebanyakan guru cenderung menggabung sejumlah metode yang berlainan. Anak-anak yang berlainan memperoleh manfaat dari metode yang berlainan pada tahap yang berlainan.


3. Lihat dan Katakan

Dalam metode ini anak-anak belajar mengenali kata-kata atau kalimat-kalimat keseluruhan, bukanya bunyi-bunyi individu. Mereka memandangi kata-kata, mereka mendengar kata itu diucapkan dan kemudian mereka mengulangi ucpan itu.

Dua puluh tahun yang lalu orang lazim menggunakan kartu dengan dilihatkan sekilas dalam mengajar dengan metode ini. Kartu-kartu itu dipegang untuk dikenali anak-anak, tapi karena tidak ada petunjuk untuk membantu mereka, si anak menebak-nebak.Sekarang umumnya diakui bahwa lebih baik menunjukkan seluruh kalimat lebih dahulu, dan lebih baik diiringi gambar, kemudian seperangkat kartu kata-kata yang sepadan ditaruh di bawah kalimat, dan akhirnya hanya kartu-kartu itu untuk membuat sebuah kalimat.

Dengan cara lain anak-anak dapat memperoleh makna dari dalam kata-kata tercetak dari tahap paling awal belajar membaca.


4. Metode pendukung konteks

Bila anak-anak sedang belajar membaca, sangatlah penting bahwa mereka menggunakan buku yang benar-benar menarik bagi mereka. Meskipun demikian mereka tidak dapat menangani terlalu banyak kata baru, dan sukarlah untuk menulis cerita yang menarik dengan kata-kata yang terbatas banyaknya. Untuk mengatasi masalah ini diterbitkan beberapa buku yang memberikan dua versi dari suatu cerita. Bersi panjang seringkali dicantumkan pada satu halaman dan pada halaman sebelahnya ada versi yang lebih pendek.

Kadang-kadang versi panjang ditaruh pada bagian bawah halaman dan versi pendek dalam gelembung-gelembung bicara. Anak itu mendengar versi panjang sebelum membaca sendiri versi pendeknya. Perbendaharaan kata-kata yang lebih terbatas dari versi pendek dihidupkan karena anak itu dapat mengaitkan dengan apa yang telah ia dengar. Ini merupakan cara yang relatif baru dalam mengajar membaca dini. Cara ini memang membantu untuk membuat kata yang tercetak lebih menarik dan bermakna bagi seorang anak.

Pembelajaran PAKEM

Apa yang Disebut dengan PAKEM

PAKEM adalah salah satu contoh pembelajaran inovatif yang memiliki karakteristik aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

1. Aktif
Pengembang pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat di dalam proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Teori belajar konstruktivisme merupakan titik berangkat pembelajaran ini. Atas dasar itu pembelajaran ini secara sengaja dirancang agar mengaktifkan anak. Di dalam implementasinya, seorang guru harus merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau strategi-strategi yang memotivasi siswa berperan secara aktif di dalam proses pembelajaran.
Mengapa pembelajaran harus mengaktifkan siswa? Hasil penelitian menunjukkan bahwa kita belajar :
10% dari yang kita baca
20% dari yang kita dengar
30% dari yang kita lihat
50% dari yang kita lihat dan dengar
70% dari yang kita ucapkan, dan
90% dari yang kita ucapkan dan kerjakan, serta
95% dari apa yang kita ajarkan kepada orang lain (Dryden & Voss, 2000).

Artinya belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif oleh individu tersebut.

2. Kreatif
Pembelajaran PAKEM juga dirancang untuk mampu mengembangkan kreativitas. Pembela haruslah memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Kemandirian dan kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua bentuk pembelajaran. Dengan dua bekal itu setiap orang akan mampu belajar sepanjang hidupnya.
Ciri seorang pebelajar yang mandiri adalah :
Mampu secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya
Mampu memilih strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya
Memonitor keefektivan strategi tersebut, dan
Termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalahnya terselesaikan

3. Efektif
Menyiratkan bahwa pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua hasil belajar yang telah dirumuskan. Karena hasil belajar itu beragam, karkteristik efektif dari pembelajaran ini mengacu kepada penggunaan berbagai strategi yang relevan dengan hasil belajarnya.
Banyak orang beranggapan bahwa berbagai strategi pembelajaran inovatif termasuk PAKEM seringkali tidak efisien (memakan waktu) lebih lama dibandingka dengan pembelajaran tradisional/konvensional.
Hal tersebut tentu amat mudah dipahami, dalam pembelajaran PAKEM banyak hasil belajar yang dicapai sehingga memerlukan waktu yang lama, sementara pada pembelajaran tradisional hasil belajar yang dicapai hanya pada tataran kognitif saja

4. Menyenangkan
Pembelajaran yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar yang menyenangkan.

Mengapa pembelajaran harus menyenangkan?
Dryden dan Voss (2000) mengatakan bahwa : Belajar akan efektif jika suasana pembelajarannya menyenangkan. Seseorang yang secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang sangat baik untuk membangkitkan motivasi untuk belajar. Anak-anak pada dasarnya belajar paling efektif pada saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan.
Menurut penelitian, anak-anak menjadi berminat untuk belajar jika topik yang dibahas sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka dan disesuaikan dengan alam berpikir mereka. Yang dimaksudkan adalah bahwa pokok bahasannya dikaitkan dengan pengalaman siswa sehari-hari dan disesuaikan dengan dunia mereka dan bukan dunia guru sebagai orang dewasa. Apa lagi jika disesuaikan dengan kebiasaan mereka dalam belajar.
Ciri yang terakhir ini merupakan ciri pembelajaran kontekstual.
Dengan demikian pembelajaran PAKEM sebenarnya juga pembelajaran kontekstual.PAKEM merupakan pembelajaran yang tidak hanya terpaku menggunakan satu pendekatan saja, tetapi dengan menggunakan berbagai pendekatan dan model.

Berikut adalah ciri-ciri PAKEM :
1. Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar mengggunakan cara yang beragam, misalnya : Percobaan, Diskusi kelompok, Memecahkan masalah, Mencari informasi, Menulis laporan/cerita/puisi, Berkunjung keluar kelas
2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal : Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri, Gambar, Studi kasus, Narasumber, Lingkungan
3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan.
Siswa :
- Melakukan percobaan, pengamatan, eksperimen atau wawancara
- Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
- Menarik kesimpulan
- Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
- Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan.
Melalui : Diskusi, Lebih banyak pertanyaan terbuka, Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
5. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
- Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
- Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
- Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
6. Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari.
- Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.
- Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
7. Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
- Guru memantau kerja siswa
- Guru memberikan umpan balik

Rabu, 17 Juni 2009

Belajar dan Pembelajaran Visual, Auditori, Kinestetik

Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu :

“modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing2 dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”.

1. Visual (belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat.
Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual :

  1. Bicara agak cepat
  2. Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
  3. Tidak mudah terganggu oleh keributan
  4. Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
  5. Lebih suka membaca dari pada dibacakan
  6. Pembaca cepat dan tekun
  7. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
  8. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
  9. Lebih suka musik dari pada seni
  10. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

  1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta
  2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
  3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
  4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
  5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja.

Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :
  1. Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
  2. Penampilan rapi
  3. Mudah terganggu oleh keributan
  4. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
  5. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
  6. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
  7. Biasanya ia pembicara yang fasih
  8. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
  9. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
  10. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
  11. Berbicara dalam irama yang terpola
  12. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :

  1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
  2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
  3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
  4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
  5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat.
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :

  1. Berbicara perlahan
  2. Penampilan rapi
  3. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
  4. Belajar melalui memanipulasi dan praktek
  5. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
  6. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
  7. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
  8. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
  9. Menyukai permainan yang menyibukkan
  10. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
  11. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
  1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam
  2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
  3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
  4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
  5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Bagaimana dengan gaya belajar Anda?

Wallahu’alam

dikutip dari http://nuritaputranti.wordpress.com

Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik sendiri menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, dan menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa/anak didik untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan sehingga siswa/anak didik secara produktif dapat menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka.

Bahkan sesuai beberapa penelitian yang ada menyebutkan bahwa keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah sebagai berikut:
Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.
  1. Menghilangkan batas dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif.
  2. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa, yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan; siswa didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.
  3. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
  4. Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman.
Pendidikan adalah hak setiap anak dalam rangka mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisinya, hal tersebut ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang perlindungan anak. Demikian pula pendidikan bagi anak usia dini, dimana semua anak mempunyai hak untuk mendapatkan kesempatan melalui pemberian stimulasi pendidikan yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan, sehingga anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya.

Program PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal dan informal. Dewasa ini pendidikan formal di jenjang PAUD banyak memberikan andil yang baik bagi persiapan anak ke jenjang pendidikan dasar. Karenanya, sangat diperlukan strategi pendidikan pada anak usia dini yang benar-benar dapat merangsang kecerdasan, minat-bakat serta tumbuhnya pengetahuan sebagai dasar keilmuan di bangku jenjang sekolah dasar nantinya.

Pola pembelajaran tematik adalah salah satu strategi tersebut. Penerapannya memang tidaklah mudah, memerlukan perencanaan dan pengorganisasian yang handal agar dapat berhasil dengan baik. Setidaknya, dalam merancang pola pembelajaran tematik pada anak usia dini, ada lima hal yang perlu diperhatikan. Yaitu;

  1. Memilih tema
  2. Mengorganisir tema
  3. Mengumpulkan bahan dan sumber
  4. Merancang kegiatan dan proyek
  5. Mengimplementasikan pada satuan pelajaran.

Orang Tua Harus Paham GOLDEN AGE

Usia Taman Kanak-Kanak adalah usia emas atau para ahli sering menyebutnya GOLDEN AGE.
Pada usia ini penanaman segala aspek dasar anak ditanamkan sejak dini.
Orang Tua sebagai orang yang paling dekat dengan anak perlu memahami apa yang di maksud dengan gelden age agar mereka tidak semena-mena terhadap anak.

Sebagai wujud ketidakpahaman mereka terhadap usia emas anak adalah masih banyaknya kekerasan yang terjadi kepada anak, membelenggu kebebasan anak dan mengeksploitasi kehidupan anak.

Perlunya panyampaian pentingnya usia emas anak kepada orangtua sejak dini agar mereka benar-benar paham dan mengerti dengan apa yang "harus" mereka perbuat kepada anak.